Kamis, 17 Maret 2016

7 Alat Musik Tradisional di Indonesia Yang Sudah Hampir Punah

Karinding
karinding
            karinding merupakan alat musik tradisional yang hampir punah yang berasal dari Jawa barat.Karinding awalnya adalah alat yang digunakan oleh para karuhun / orang tua untuk mengusir hama di sawah. Karena karinding ini mengeluarkan bunyi yang khas, pada perkembangannya karinding tidak hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para karuhun memainkan karinding ini dalam ritual atau upaca adat.
Karinding dimainkan dengan menempelkan ruas tengah karinding di depan mulut yang agak terbuka, lalu memukul atau menyentir ujung ruas paling kanan karindingdengan satu jari hingga “jarum/senar” karinding pun bergetar secara intens. Dari getaran/vibra itulah dihasilkan suara yang akan diresonansi oleh mulut. Sehingga suara yang dikeluarkan akan tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah dari pemainnya.
Calung

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Apabila angklung dimainkan dengan cara digoyang, alat musik calung dari Jawa Barat ini dimainkan dengan cara memukul batang bambu yang tersusun sesuai dengan laras nada. Alat musik ini dibuat dari bambu hitam (awi wulung) namun ada beberapa yang dibuat juga dari bambu putih (awi temen).
Angklung
Alat musik angklung ini merupakan icon dan kebanggaan Jawa Barat. Alat musik yang dimainkan dengan cara digoyang ini sudah dikenal masyarakat Internasional. Bahkan PBB melalui UNESCO telah menetapkan alat musik angklung sebagai alat musik asli Indonesia.
Sasando
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
Sarunai

Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang tidak sama besarnya. Sepotong yang kecil dapat masuk ke potongan yang lebih besar. Fungsinya sebagai penghasil nada.
Alat musik Sarunai ini memiliki empat lubang nada. Bunyinya juga melodius. Alat musik khas minangkabau yang satu ini sudah jarang yang menggunakan. Selain sulit membuatnya, nada yang dihasilkan juga tidak banyak terpakai.
Genggong
          Genggong merupakan kesenian khas Kabupaten Subang Jawa Barat. Asal kata Genggong diambil dari sebuah nama rawa / ranca Genggong. Sebenarnya kata genggong lebih menunjukan nama kesenian daerah / hiburan rakyat yang terdiri dari berbagai macam alat musik tradisional yang sering dimainkan untuk menyambut hari-hari bersajarah seperti peringatan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Genggong Subang terbuat dari bambu.
Tatali

Talali adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu berukuran sekitar 50 Cm dengan diameter 2 cm dan memiliki 3 lubang untuk resolusi udara tempat meletakan jari dan hanya memiliki 3 nada. Dengan teknik meniup menggnakan perasaan untuk menemukan sound yang baik dan enak ditelinga. Alat musik tatali ini merupakan kekayaan budaya suku To Wana di kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Ok guys, thanks udah bahas bareng gue mengenai alat akat musik yang udah hampir punah ini.
Salam Musician!

5 Alat Musik Tradisional Sunda yang Masih Eksis

Berikut ini beberapa alat musik tradisional khas Sunda yang masih eksis hingga saat ini :

1. Degung

Degung Khas Sunda
Degung Khas Sunda | Foto : music-forces.blogspot.com
Salah satu alat musik tradisional Sunda yang masih ada hingga saat ini adalah degung. Degung disebut dengan nama gamelan oleh Suku Jawa. Namun nada dan cara memainkan seperangkat alam musik ini berbeda dengan cara memainkan gamelan. Satu perangkat degung terdiri dari berbagai instrumen sepertu saron, demung, gong, jenglong, kendang, dan suling.

2. Kecapi

Kecapi
Kecapi | Foto : id.wikipedia.org
Kecapi merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat ini berbentuk kotak kayu yang memiliki dawai berjajar di atasnya. Kotak kayu ini berfungsi sebagai resonator Kecapi. Kecapi memiliki nada yang mendayu dan menimbulkan sensai kangen, damai, sekaligus kegetiran.

3. Suling

Suling
Suling | Foto : serulingbuluh.weebly.com
Alat musik tradisional Sunda lainnya adalah suling. Suling merupakan alat musik tiup. Suling terbuat dair bambu atau kayu yang dilubangi. Suling biasanya terdiri dari empat lubang. Kita hanya perlu meniup alat ini sambil menutup lubangnya dengan jari untuk menimbulkan nada-nada yang berbeda.

4. Angklung

Angklung
Angklung | Foto : jakartacitylife.com
Angklung merupakan alat musik khas Sunda yang sangat terkenal. Angklung terbuat dari kayu atau bambu dan dimainkan dengan cara digerakkan ke samping. Angklung memiliki berbagai nada yang disesuaikan dengan ukurannya. Angklung biasanya dimainkan secara berkelompok dan membentuk alunan lagu yang indah dan menenangkan.

5. Karinding

Karinding
Karinding | Foto : www.kaskus.co.id
Karinding merupakan salah satu alat musik lain yang terbuat dari bambu. Karinding banyak dikenal di berbagai daerah di Jawa Barat Seperti Malangbong (Garut), Tasikmalaya, Cikalong Kulon (Cianjur), dan Citamiang. Di beberapa daerah, karinding terbuat dari pelepah pohon aren. Alat musik tradisional Sunda ini dibunyikan dengan cara ditempatkan di mulut kemudian digetarkan dengan jari. Karinding biasa dimainkan bersama-sama.
Itulah lima alat musik tradisional khas Sunda yang masih dimainkan oleh komunitas warga di Bandung. Masih banyak warga yang masih peduli dengan alat musik tradisional Sunda ini. Walau sudah banyak alat musik modern, namun nyatanya tidak ada yang bisa menyamai nada dan aura yang dihasilkan oleh alat musik tradisional ini. Selama masih ada yang peduli dan memainkannya, maka alat musik tradisiolan Sunda ini tidak akan punah ditelan zaman.